Tambahan Tenaga dari BIOS

Jumat, 12 Maret 2010

Perintahnya Berbeda-beda

UNTUK mengatur konfigurasi pada BIOS, tentunya harus masuk ke menu BIOS terlebih dahulu. Perintah masuk ke menu BIOS berbeda-beda, tergantung pada BIOS yang digunakan. Untuk BIOS AWARD dan AMI umumnya dengan menekan tombol Delete pada saat dilakukan pengujian memori ketika booting.
Alternatif kombinasi tombol lainnya adalah:[F2], CTRL+ALT+S, CTRL+ALT+ESC, dan CTRL+ALT+INS. Setelah itu akan ditampilkan menu pengaturan BIOS. Menu ini sudah diatur dan dikelompokkan sedemikian rupa sesuai dengan jenisnya, misalnya chipset, power management, integrated periferal, security password, boot option, dan sebagainya.
Hal ini dilakukan untuk memudahkan pemakai dalam mengatur konfigurasi BIOS. Lebih rincinya, dapat dibaca pada buku manual motherboard yang digunakan. Mengingat BIOS AWARD yang paling banyak digunakan, maka sebagai bahan kajian, penulis menggunakan BIOS versi 4.51PG, bukan versi Medallion (versi yang lebih baru). Memang saat ini versi tersebut terbilang kuno, namun sudah cukup bagus dan mempunyai fungsi yang lumayan lengkap.
3. Explorasi Menu BIOS
Sebelum membahas tentang bagaimana mengatur konfigurasi BIOS agar bekerja dengan optimal, ada baiknya pengguna mengetahui sedikit banyak menu-menu yang disediakan oleh BIOS. Beberapa menu tersebut diantaranya:
3.1. Standard CMOS Setup. Menu ini berisi pengaturan mengenai waktu sistem (tanggal dan jam), informasi hard disk, floppy disk dan media simpan lain serta memori yang terpasang.
3.2. BIOS Features Setup. Digunakan untuk mengatur konfigurasi fasilitas-fasilitas khusus yang disediakan oleh produsen BIOS, misalnya urutan booting, kecepatan keyboard, penyalinan ROM BIOS ke memori, dan sebagainya.
3.3. Chipset Features Setup. Menu ini memuat semua informasi mengenai chipset motherboard, misalnya pengaturan operasi memori, pengaturan komunikasi antar CPU dan slot PCI, AGP (Accelerator graphic Port), cache system, video BIOS, dan sebagainya.
3.4. Power Management Setup. Menu ini memungkinkan pengguna untuk mengatur efisiensi sistem dalam mengonsumsi daya listrik. Pengguna juga dapat mengatur kapan komputer berpindah ke modus standby, suspend, dan sebagainya.
3.5. PNP/PCI Configuration. Menu ini digunakan untuk mengatur konfigurasi perangkat-perangkat plug and play, pengatur IRQ dan DMA, dan sebagainya.
3.6. Load BIOS Basic Defaults/Load Fail Safe Settings. Apabila menu ini dipilih, maka semua setting pada setup BIOS akan digantikan dengan nilai yang telah ditentukan oleh produsen BIOS. Konfigurasi ini menjamin kompatibilitas komputer yang digunakan dengan perangkat keras dan perangkat lunak yang terpasang. Jika tidak ditemui ketidak-kompatibilitas pada komputer, jangan gunakan konfigurasi ini.
3.7. Load BIOS Best Defaults/Load Optimal Settings. Menu Load BIOS Best Defaults berisi konfigurasi yang telah dioptimalkan oleh produsen motherboard. Namun menurut penulis, konfigurasi ini belumlah optimal. Penulis akan menunjukkan bagaimana membuat komputer benar-benar menjadi optimal.
3.8. Integrated Peripherals. Digunakan untuk mengatur konfigurasi periferal-periferal yang terpasang pada komputer, seperti pengaturan modus transfer data PIO dan Ultra DMA, pengaturan IDE dan Floppy Disk Controller, pengaturan port serial, paralel, PS/2, infra red, dan USB. Bahkan informasi tegangan pada motherboard serta suhu prosessor pun dapat ditemukan pada menu ini.
4. Mengoptimalkan Setup BIOS
Pada bagian ini, penulis akan menunjukkan bagaimana menggali tenaga cadangan yang tersimpan dalam BIOS sehingga dapat meningkatkan kinerja PC secara signifikan. Peningkatan kinerja yang penulis berikan dijamin lebih tinggi dari pada jika menggunakan konfigurasi Load Setup Defaults/Load Optimal Settings.
4.1. Booting lebih cepat.
4.1.1. Quick Power On Self Test. Sebenarnya proses POST (Power on Self Test) yang dilakukan oleh BIOS sesaat setelah PC dihidupkan dapat dipersingkat. Jika pengguna tidak menambah periferal baru, dan yakin periferal tersebut masih baik, lompati test/pengecekan yang dilakukan oleh BIOS pada saat POST.
Pilihan Quick Power On Self Test dapat ditemukan pada menu BIOS Features Setup. Ubahlah setting tersebut menjadi Enabled untuk mempercepat proses POST.
4.1.2. Non Aktifkan Port IDE yang tidak terpakai. Pada saat startup, BIOS selalu mencari/mendeteksi perangkat IDE, seperti hard disk, CD/DVD ROM, CDRW, LS120, dan sebagainya. Proses pendeteksian ini tentunya akan memakan waktu.
Jika pengguna tidak berganti periferal IDE, lebih baik pilihan untuk proses pendeteksian dinonaktifkan. Pilihan ini terdapat di dalam menu Standard CMOS Setup. Lebih baik mencantumkan secara tepat nilai IDE yang telah ditemukan yang biasanya dapat ditemukan dengan menggunakan tools HDD Auto Detection pada menu BIOS.
Jika port IDE tidak tersambung pada hard disk, isilah nilainya dengan NONE, jangan isi dengan pilihan AUTO karena pilihan AUTO selalu akan memeriksa/mendeteksi perangkat IDE. Pilihan NONE akan langsung melewati prosedur pendeteksian perangkat IDE.
4.1.3. Matikan Pilihan Boot Up Floppy Seek. Pilihan Boot Up Floppy Seek berfungsi untuk memeriksa jumlah track drive floppy disk yang terpasang pada PC. Drive floppy disk tipe 360K mempunyai jumlah track sebanyak 40 buah, sedangkan tipe 760K, 1.2M, dan 1.44M mempunyai track sebanyak 80 buah. Tujuan dari pemeriksaan ini untuk memeriksa apakah drive floppy disk terpasang dan siap pakai seperti yang tercantum pada menu Standard CMOS Setup. Proses pemeriksaan jumlah track ini cukup memakan waktu, lebih baik matikan saja rutin pengecekan ini.
Untuk mematikan pengecekan ini, berikan nilai Disabled pada pilihan Boot Up Floppy Seek di dalam menu Advanced BIOS Features.
4.1.4. Boot Sequence yang tepat. Pilihan Boot Sequence memungkinkan pengguna dapat mengatur urutan atau prioritas periferal IDE yang digunakan untuk booting sistem operasi. Pada umumnya nilai default dari urutan booting adalah drive A, C. Nilai tersebut berarti BIOS-nya adalah Bootstrap Loader, akan mencari sistem operasi pada drive A dahulu, biasanya berupa drive floppy disk. Jika ada, maka BIOS akan me-load sistem operasi tersebut, namun jika ternyata tidak ada, BIOS akan mencari sistem operasi yang terpasang pada drive C.
Jika booting dari floppy disk jarang atau bahkan tidak pernah dilakukan, dengan kata lain mem-boot PC langsung dari hard disk, buatlah urutan nilai Boot Sequence menjadi C, A. Pada beberapa BIOS, pilihan booting mungkin lebih bervariasi, ada yang dapat melakukan booting melalui CDROM, drive LS120, Drive A hingga L, dan sebagainya.
Dengan mengubah setting ini, maka pengguna dapat menghemat beberapa detik karena BIOS tidak akan mencari sistem operasi pada floppy disk, namun langsung ke hard disk yang telah ditetapkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts with Thumbnails
 
 
 
 
Copyright © My Blog